Pahit dan tidak enak. Itulah kesan pertamaku terhadap jamu. Meski sedari kecil sudah dibiasakan kedua orangtua untuk minum jamu karena mereka pun rutin meminum jamu gendong yang biasa lewat di depan rumah, saya sebenarnya masih saja percaya bahwa jamu itu rasanya memang pahit, jauh dari kata enak. Tapi semua berubah ketika saya divonis dokter mengalami pembengkakan hati ketika SMA atau orang kenal dengan nama sakit kuning.
Sejujurnya, saya masih tidak percaya ketika saya akhirnya diminta untuk bedrest (istirahat total) selama seminggu penuh tanpa melakukan kegiatan apa-apa di sekolah dan asrama. SMA saya memang seperti sebuah kampus, lengkap dengan asrama putra dan putri, poliklinik, gimnasium bahkan kolam renang. Tapi apa daya karena sakit yang mendera saya akhirnya tidak lagi bisa merasakan kegiatan rutin yang biasa dilaksanakan di sekolah bersama teman-teman.
Tahun kedua di SMA itu memang cukup berat, setelah di tahun pertama proses semi militer di sekolah dan asrama diberlakukan sangat ketat, saya pun menemukan tubuh saya yang ternyata tidak lagi sanggup mengikuti berbagai kegiatan tersebut. Semi militer, bangun pukul 05.00, senam pagi, ibadah, apel pagi, berangkat ke sekolah, apel siang, makan siang, olahraga lari lapangan, bersih-bersih halaman asrama, makan malam, apel malam begitu setiap hari, hampir tidak ada jam istirahat apalagi tidur siang. Mungkin tubuh saya ketika itu sudah lemah hingga akhirnya sakit itu pun datang.
Hari-hari menginap di poliklinik pun saya lalui, ibu saya datang menjenguk dari kampung untuk melihat keadaan saya. Mata saya terlihat menguning, tangan, kuku dan wajah pun demikian. Lemah, lesu apapun yang saya makan akan keluar lagi dan saya muntahkan. Padahal perut sudah lapar tapi begitulah nikmat sakit yang harus saya alami. Dokter rutin memeriksa saya, dia hanya berpesan makan yang cukup, minum air putih yang cukup dan jangan lupa minum obatnya. Saya tidak ingat ada berapa obat yang saya konsumsi ketika itu, yang jelas saya hanya menurut pada apa yang dikatakan dokter karena saya tidak punya pilihan lain selain patuh padanya.
Seminggu saya tidak melakukan kegiatan berat hanya melakukan rutinitas mandi, makan dan ibadah saja. Memang tubuh saya terasa lebih nyaman ketika bisa beristirahat penuh, karena ketika berjalan atau berlari, saya cepat sekali sempoyongan seperti mau jatuh dan pingsan, lemah sekali. Meski pernah sesekali saya memaksakan diri untuk ikut dalam kegiatan apel siang tapi ternyata setelah itu saya merasa tubuh saya sangat lelah sekali. Akhirnya saya mengalah dan tidak mencoba melakukannya lagi. Obat dan lagi-lagi obat adalah penawar rasa sakit saya saat itu.
Setelah seminggu karena saya masih terlihat lemah, akhirnya ibu meminta izin untuk membawa saya ke rumah dan merawat saya untuk sementara waktu. Ketika pulang saya melihat beberapa tempayan berisi serbuk berwarna kuning rapi tertata di meja dapur. Ibu buru-buru menyiapkan makan dan mempersiapkan serbuk itu untuk kuminum. Karena penasaran, akhirnya saya bertanya tentang serbuk itu. Ibu kemudian menjelaskan dengan singkat bahwa itu adalah jamu yang isinya adalah kunyit.
Saat itu saya meminum rutin sehari 3 kali dan rasanya memang tidak enak. Namun karena melihat semangat kedua orangtua yang sudah bersusah payah mencari cara alami untuk menyembuhkan saya, akhirnya saya memaksakan diri untuk meminumnya. Maklumlah, waktu itu masih SMA dan saya masih tidak percaya khasiat jamu akan manjur dibandingkan obat dari dokter. Sangat berbeda dengan kedua orangtua saya terutama ibu saya yang notabene adalah seorang perawat justru sangat percaya akan khasiat jamu.
Selama di rumah, saya dirawat dan diberikan jamu tersebut dan perlahan nafsu makan saya mulai membaik. Saya tidak memuntahkan lagi makanan yang saya makan. Saya juga mulai bisa beraktivitas dengan baik. Badan saya mulai kuat lagi dan warna kekuningan pada bagian tubuh saya perlahan mulai hilang dan tidak tampak lagi. Saya bercermin setiap hari untuk melihat khasiat dari jamu yang saya minum. Dan ternyata pahit dan rasa tidak enak pada jamu itu telah berubah menjadi manis dan nikmat karena kesembuhan yang saya rasakan.
Sejak saat itu, saya akhirnya menjadi percaya akan khasiat jamu. Ternyata jamu memang punya nilai lebih dibandingkan obat kimia. Karena sebelum saya mengkonsumsi jamu, efek dari meminum obat dari dokter memang berbeda. Tubuh saya lebih suka menerima jamu daripada obat kimia. Setelah saya telurusi jamu memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan obat kimia.
Mengkonsumsi jamu sama seperti istilah beli satu dapat banyak kelebihan. Satu obat herbal disebutkan mampu mengobati banyak penyakit. Mungkin itulah sebabnya jamu kunyit yang saya konsumsi ketika sakit itu memberikan dampak positif yang lebih cepat dan baik pada tubuh saya. Di dalam buku ‘Khasiat dan Manfaat Kunyit’ oleh Ir. W. P. Winarto dan tim Lentera menyebutkan bahwa kunyit memang dapat digunakan untuk menyembuhkan sakit kuning. Istilah sakit kuning memang lebih dikenal daripada penyakit liver, dimana salah satu gejalanya adalahpembengkakan pada hati dan warna kekuningan pada bagian tubuh tertentu, itu persis seperti yang saya alami ketika sakit dulu.
Kisah nyata jamu berbahan kunyit yang kukonsumsi ketika sakit dulu membuatku semakin percaya pada keampuhan jamu. Dimana jamu adalah warisan turun temurun dari leluhur kita, karenanya jamu memang harus dilestarikan agar kelak anak cucu kita pun bisa merasakan khasiatnya. Jamu yang dikenal cukup populer di dunia sebagai minuman herbal asli Indonesia semakin menunjukkan bahwa jamu kini tak boleh dianggap sepele. Zaman boleh saja modern dan canggih namun gaya hidup justru kembali ke alam. Dan jamu adalah persembahan alam untuk kita semua yang harus kita abadikan sebagai warisan dunia. Perjuangan untuk menjadikannya warisan dunia tentu tidak mudah, salah satu pihak yang sangat berperan penting adalah lembaga riset dan pengembangan jamu.
Salah satunya adalah Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telah meneliti sekitar 144 tanaman biofarmaka dan kini sudah menjelma menjadi berbagai produk siap konsumsi dan dipasarkan ke pusat perbelanjaan seperti Serambi Botani, Bogor bahkan permintaan juga datang dari Kalimantan. Produk unggulan hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka IPB terdiri dalam bentuk ekstrak, kapsul, suplemen dan permen seperti Nuratik yaitu berupa kapsul untuk asam urat, Biolangsing, Gano instan, Biogra untuk meningkatkan vitalitas dan Lumricap untuk jantung selain itu untuk produk permennya adalah : permen minyak kayu putih untuk masuk angin, permen jahe dan permen temulawak untuk nafsu makan. Kemudian juga ada dalam bentuk serbuk berupa minuman seperti : Alora instan dan antioksidan tea (ekstrak daun sirsak).
Demikianlah, kisah saya bersama jamu. Saya berharap kita semua dan dukungan pemerintah serta semua pihak yang terkait saling tolong-menolong untuk melestarikan jamu bersama-sama. Tidak ada satu tujuanpun dapat berhasil tanpa kerjasama yang baik. Belum terlambat untuk kita menyelamatkan jamu dan menjadikannya brand Indonesia. Bukan hanya jamu Indonesia saja yang semakin dikenal dunia tetapi juga semakin banyak yang sehat dengan minum jamu. Alami dan dekat dengan alam.
Sumber Referensi :
http://biofarmaka.ipb.ac.id/
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39098/4/Chapter%20II.pdf
http://www.anneahira.com/herbal-19275.htm
Tulisan ini asli karya penulis dan sedang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel Jamu Pusat Studi Biofarmaka IPB 2014
sehat terus ya, maaaak 🙂
aku masih suka minum kunyit… anak-anakku juga ikut-ikutan minum jamu, kalo pagi tukang jamu lewat mesti deh dipanggil2… 😀
iya sayangnya di daerahku ini rada susah jamu gendongnya 🙁
kunyit asem itu andalan wanita ya mak 🙂
yess, bener banget mak 🙂
Saya juga suka kunyit mak Rodame. jamu emang top banget. Saya adalah pengguna setia jamu.
mantap mak, saya dukung, kita sama2 lesatrikan jamu ya mak 🙂
Untungnya, jamu sekarang gak pahit kayak dulu. Tambahan jerus nipis dan madu bikin minum jamu jadi seger dan enaaaaak. ^^
iya sekarang bisa ditambah madu, jeruk nipis sedikit gula dan lain-lain asal takarannya pas dan dosis tepat insyaallah khasiatnya tetep manjur 🙂
hehehe, iya ya…waktu kecil sih telen aja cepet trus minum air hahaha 🙂 biar ga berasa.. tp khasiatnya mantap ya ev
Sekarang riset dan teknologi untuk jamu makin maju ya, semoga bisa tambah sukses sampai ke mancanegara deh ya.
Eh itu SMA mana yang pendidikannya ala militer itu mak ?
iya mak bener sekarang riset dan teknologi peranannya sangat membantu untuk saintifikasi jamu supaya lebih bisa masuk ke pasar dunia. tentang SMA nanti aku ceritain di giveawaynya mak arin yah, tunggu tgl mainnya hahaha…yuk ah lestarikan jamu Indonesia!
tes komen dulu
Khasiat jamu memang luar biasa ya mak:) sukses lombanya mak
informatif sekali postingannya maaaaak 🙂
jujur aku minum jamu dulu ketika baru lahiran Kayla aja, dipaksa nenek ku dan belum pernah minum lagi sampe sekarang…hihihi…
tapi emang khasiatnya mantap dan minim kandungan kimia yah 🙂
Mudah2an nanti ada jamu rasa capucino cingcau yah maaaaak…hihihi…
*kemudian dibanjur mbok jamu*
aamiin makasih mak 🙂 iya dulu juga aku dibeliin adek iparku susu sehabis bersalin, manjur ya cuma perlu ada yang bikinin aja kadang kecapean dan ketiduran hahaha… iya dulu saya kurang telaten minum jamunya hiks… tapi khasiatnya memang ga diragukan 🙂 dan aman yess. wah kalo ada setau aku mmg ada jamu yang es krim, cake dll, udah inovatif sekarng tp masih terbatas dijualnya..
jamu khasiatnya memang jempolan, sebelumnya aku juga gak terlalu suka dengan jamu, tapi setelah memilki anak baru terkagum-kagum sama jamu 🙂 .
ya Helni san, kita belajar dr pengalaman ya, khasiat mmg ga bisa boong 🙂
Wah wah…tulisan mak Dame memang selalu top…. jempolan seperti jamunya…. semoga jamu mendunia ya makkk…. semoga sukses ya makk….!
aamiin, tulisan mak iroati jg bagus loh, jamu milik kita bersama jd hrs kita jg yg membudayakannya 🙂 sepakat mak
Waahh.. pengalaman pribadinya OK.. jamu memang OK.. sukses ya Mak 🙂
makasih mak Nian, aamiin, smoga yg terbaik untuk kita semuanya ya 🙂
semoga menang, Mak 🙂
aamiin makasih mak Myra, smoga yg terbaik untuk semua 🙂
Jasa jamu tak terkira lah ya terutama untuk ibu-ibu habis melahirkan. Itu perut bisa mulus lagii boooooo hihihihihi :p.
hihihi, iya mak banyak sekali manfaatnya alamiah dan tanpa efek samping 🙂
Wah…ikutan GA lagi ya Mak? Keren tulisannya Mak…. Aku selalu mampir di blogmu karena tulisanmu itu informatif, ringan namun tetap didukung dengan data2… Semoga menang ya… Ngomong2 masalah jamu, sejak kecil aku sudah minum jamu gendong …ikut2an mama sih minumnya… Menginjak remaja aku dibelikan jamu kemasan untuk gadis remaja… Itu lho yang bintang iklannya Chicha Koeswoyo… Hingga kini kecintaanku pada jamu tetap berlasung… Hampir tiap pagi aku minum jamu gendong yang dijual si embok jamu di samping kantorku… Khasiatnya adalah tubuhku sehat dan bugar walaupun aku tiap hari bekerja di dalam ruangan ber-AC…
iya aku ingat iklan itu, lucu ya..dulu senang sekali liatnya dan buru-buru kepengen beli n minum, sekarang jamu banyak di pasaran mau yg gendong atau kemasan selama dalam pengawasan BPOM dan DEPKES insyaallah aman ya mak 🙂
Mantep nih mak tiap ikutan lomba, pasti kereeen… 😀
selain enak diliat, ngasih banyak info juga, semoga menang ya mak 😉
aamiin, semoga yg terbaik untuk kita semua ya mak, itung-itung kampanyekan jamu Indonesia juga 🙂
kunyit memang banyak banget ya mak khasiatnya, stoknya pun banyak di pasar
iya mak bener banget 🙂 murah tapi khasiatnya luar biasa 🙂
Keluarga saya masih mengandalkan jamu. Tapi kami juga berpikir rasional. Kalau sudah saatnya beralih ke obat kimia, ya, harus dituruti. Niatnya kan pengin sembuh. Rasionalitas juga dipakai dalam mengonsumsi jamu. Nggak boleh sering-sering. Kalau tubuh tidak membutuhkan back-up jamu, ya, hentikan konsumsi jamunya. Ganti dengan konsumsi sayur-buah-banyakin minum air putih.
Kalau ada waktu senggang, silakan kunjungi blog saya ya. Kita rumpi cantik tentang jamu. 🙂
http://aksaratri.blogspot.com/2014/09/jamuku-lestari-jamu-kita-membumi_12.html
Kunjungan balasan…
Yuk Mak kita sama2 Lestarikan Jamu Indonesia !
sip mak, sama2 ya mak, kita lestarikan jamu Indonesia
jamu itu menyehatkan! Beras kencur, jahe dan kunyit asem itu jamu kesukaanku ^^
iya aku jg suka semua mak 🙂
Jamu itu obat khas Indonesia, dan sebagai orang Indonesia kita harus memanfaatkan jamu kan 😀
Aku dan anak-anak suka minum kunyit asem.
yang herbal itu menurutku aman kak….
apalagi jamu…sekalipun prosesnya panjang tapi khasiatnya luar biasa dehhh…
bener banget 🙂 segeer banget abis minum jamu…
wah keren masuk daftar pemenang. saya nggak ikutan ngontes kemarin.
artikelnya juga bermanfaat dan ilustrasi menarik/kreatif bikinan sendiri.
sukses mak rodame untuk artikel2 berikutnya ^_^
aku juga suka minum jamu, tapi sebatas beras kencur ma kunir asem.
alhamdulillah, makasih mak 🙂 keep writing and drink jamu 🙂 hehehe…
mba paling suka kunir asem sama beras kencur minuman andalan pokoknya
oh gitu ya mba, aku juga suka segala macem jamu asal jangan yg puahiit banget 🙂