Hati siapa yang tidak terenyuh ketika melihat tubuh letihnya terus mengabdi untuk membantu sesama meski hanya dibayar dengan seplastik pisang goreng. Kesehatanmu pun tak kau pedulikan lagi, tengah malam, atau pagi buta kau rela pergi berjalan menyusuri perkampungan untuk memeriksa orang yang sedang sakit. Hati siapa yang tidak menangis ketika melihatnya sendirian mengumpulkan sisa-sisa sayuran lalu membawanya pulang untuk dijadikan pakan ternak. Hati yang tidak terenyuh dan tidak menangis itu mungkin adalah hatiku. Tak pernah kurasakan semerasa bersalah ini, ketika kini aku menjadi seorang Ibu membayangkan bagaimana dulu Ibu berjuang tanpa rasa malu sedikit pun. Tidak sama sekali.
“untuk apa malu, kan tidak mencuri, hanya mengumpulkan sisa sayuran di pasar“, kira-kira seperti itulah kata-katanya padaku dulu.
Sebenarnya di dalam hati, aku malu sekali, apalagi itu di pasar, bisa saja ada teman sekolahan yang tidak sengaja melihat lalu akan mencemoohku di sekolah karena apa yang dilakukan ibuku.
Itu dulu, kini berbeda. Semua telah berubah. Bagaimanapun rupa, keadaan dan perjuangan yang dilakukan ibu, takkan pernah lagi aku merasa malu. Karena dia adalah ibuku, ibu yang melahirkanku. Ibu yang setiap tetesan keringatnya harusnya kubalas dengan seluruh jiwa dan ragaku.
Hari itu, aku gemetar. Aku serasa tidak percaya bahwa hari itu adalah hari dimana aku akan melahirkan seorang anak ke dunia ini. Aku tak bisa mengingat dan membayangkan apapun kecuali ibu. Sakit inikah yang dirasakan ibu ketika melahirkanku. Ah! aku pasti telah banyak berbuat dosa, membuatnya menangis, membuatnya kesakitan, membuatnya sedih karena perbuatan dan tingkahlakuku.
Ibu, ibu, ibu, batinku berteriak ketika rasa mules itu datang. Sementara itu, ibu masih di perjalanan dari Pematangsiantar Sumatera Utara, masih di jalan ketika aku sudah masuk ruang persalinan. Ah! kenapa aku mendadak lupa cara bernafas yang diajarkan ketika senam hamil, mendadak lupa tidak boleh teriak ketika ngeden. Mulut dan pikiran penuh doa dan wajah ibu. Tepat pukul 18.34 hari Sabtu, aku berhasil melahirkan anakku. Iya, anak pertama dan cucu pertama untuk kedua belah pihak keluargaku dan keluarga suami.
Tepat setelah aku dipindahkan ke ruang perawatan, ibu tiba dijemput oleh suami. Kami berpelukan erat, air mata sudah tak bisa dibendung, menetes kubayangkan ibu ketika melahirkanku dulu. Meski lelah, ibu masih menjagaku, bahkan menggendong cucu pertamanya. Kulihat sesekali kepala ibu sampai terjatuh-jatuh, pastilah sangat lelah tapi bahagia.
Sorenya ibu ditemani suami membawa pakaian kotor bekas melahirkan. Suami memasukkan ke dalam kamar mandi dan merendamnya dengan deterjen agar mudah membersihkannya. Suamiku yang sedang akan membersihkan semuanya didatangi oleh ibuku. “Biar aku yang membersihkan semuanya“, begitu ucapnya kepada suamiku. Sebenarnya suami ingin dia yang membersihkannya tapi ibu tak mengizinkannya. Suami sampai merasa malu karena kuatir merepotkan ibu dan membuatnya lelah tapi cinta dan kasih sayang ibu tak bisa dikalahkan oleh rasa kasihan sang suami pada ibu. Ibu bersikukuh akan membersihkan semua milikku itu.
Saat itu juga ibu membersihkan semuanya. Aku tahu semua cerita ini setelah sekian lama. Memang aku sebelumnya tak pernah bertanya siapa yang dulu membersihkan semua pakaian kotorku ketika melahirkan. Barulah terkuak dari cerita suami, bahwa ibulah yang melakukannya semuanya. Menangis batin ini, betapa bagian terkotor di dalam diriku, hingga aku sudah menjadi seorang ibu seperti ini, masih saja cinta ibu tak berubah sedikitpun padaku, anaknya. Menangis hati ini membayangkan, akankah kelak aku mampu menjadi ibu hebat seperti ibuku, mengingat semua yang dilakukan ibu untukku, anaknya.
Cinta ibu memang seluas samudera. Betapapun terpuruknya dan kotornya diri ini, ibulah satu-satunya yang tak pernah berubah cintanya. Cinta ibulah yang membuatku sadar betapa kerdilnya diriku ini tanpa kehadiran dan kasih sayang ibu disisi. Menjelang hari Ibu Desember nanti, izinkan aku, anakmu yang takkan pernah mampu membalas semua cintamu, bersimpuh, memohon maaf atas segala kealpaan, ketidakpedulian dan kekecewaan yang pernah kulakukan.
Ibu, ibu, ibu, takkan ada yang mampu menggantikanmu di dalam kalbu ini. Terimakasih untuk segalanya, segala yang baik, segala yang indah, segala yang pahit yang sudah engkau berikan. Hidup ternyata memang tidak selalu manis, berkatmu kini aku menyadari kepahitan itu adalah obat mujarab dalam menjalani hidup.
Aku mencintaimu, Ibu.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Hati Ibu Seluas Samudera
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
Segera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
siap pakdhe 🙂
pengen nangis deh mak bacanya :'( bener yaah katanya, anak itu kalau udah tau rasanya melahirkan pasti bakalan tambah tambah tambah sayang sama ibunya.. soalnya udah ngerasain sendiri ‘sensasi’nya melahirkan, gitu yaa mak..
seperti itulah yang kurasakan mak Ran..kelak kau juga akan tau rasanya 🙂
pengen nangis deh mak bacanya :'( bener yaah katanya, anak itu kalau udah tau rasanya melahirkan pasti bakalan tambah tambah tambah sayang sama ibunya.. soalnya udah ngerasain sendiri ‘sensasi’nya melahirkan, gitu yaa mak..
seperti itulah yang kurasakan mak Ran..kelak kau juga akan tau rasanya 🙂
Ibu memang tiada duanya ya mba…aku terbayang semua perasaan yang disampaikan di dalam tulisanmu…Ibu memang segalanya, apalagi kayak aku yang jauh gini :)…salam hormat untuk Ibu dan semoga menang mbaaa…
bener sekali mbaa, setelah jadi ibu sedikitpun aku merasa belum berbuat apa-apa untuk anakku juga pasti takkan bisa membalas semua yg sudah dilakukan ibu,.. hiks… meweeek lagi *mba indah semangat ya, peluuuuk dr jauh
Ibu memang tiada duanya ya mba…aku terbayang semua perasaan yang disampaikan di dalam tulisanmu…Ibu memang segalanya, apalagi kayak aku yang jauh gini :)…salam hormat untuk Ibu dan semoga menang mbaaa…
bener sekali mbaa, setelah jadi ibu sedikitpun aku merasa belum berbuat apa-apa untuk anakku juga pasti takkan bisa membalas semua yg sudah dilakukan ibu,.. hiks… meweeek lagi *mba indah semangat ya, peluuuuk dr jauh
Cinta ibu memang seluas samudera ya mak, tak bisa terganti dengan apapun. Terharu, hiks :'(
Cinta ibu memang seluas samudera ya mak, tak bisa terganti dengan apapun. Terharu, hiks :'(
benar sekali mak, selalu saja ibu mengorbankan dirinya dan terkadang kita tidak bisa melihat pengorbanan itu, hikss…
makasih mbak, iya menceritakan ibu memang ga pernah ada habis2nya. Selalu dirindukan, selalu bikin sedih. Semoga kelak kita bisa jadi ibu2 yang terbaik untuk anak-anak kita, karena kita juga manusia yg tak mungkin bisa sempurna 🙂 aamiin
Duh mak kok aku jadi ikutan mewek ya ingat ibu yang tinggal berjauhan hiks
iya saya juga kalau baca kisah ibu blogger lainnya suka ikut terharu dan sedih juga mak, mmg selalu tersentuh dengan cerita ttg ibu 🙂
Kalau sdh menjadi Ibu barulah kt merasakan bgm susah payahnya beliau dl merawat kita ya mak… sy punya anak satu sj kdg ngeluh, tp ibu sy putra putrinya 6, itupun ibu msh bisa buka warung dari pagi sp malam… Ibu adalah manusia terhebat di dunia…
benar sekali, tidak bisa bicara lagi, lgsg dirasakan ya mak.. wah kita sama ya, baru 1 hehehe…
Saya juga 2x melahirkan ditemani ibu terus…:)
Wah senangnya… semoga ibu2 kita selalu sehat ya… aamiin 🙂
tak akan ada yang sanggup menggantikan Ibu ya
Benar sekali mbak, sampai kapanpun…
tak akan ada yang sanggup menggantikan Ibu ya
Benar sekali mbak, sampai kapanpun…
Terharu mak, semoga kita bisa jadi ibu yang lebih baik lagi ya. Aamiin. Salam hormatku buat ibu ya mak
hiks iya mak, aamiin ya Allah…
Terharu mak, semoga kita bisa jadi ibu yang lebih baik lagi ya. Aamiin. Salam hormatku buat ibu ya mak
hiks iya mak, aamiin ya Allah…
kalo belum melahirkan sendiri sulit untuk bilang sudah merasakannya 🙂 nanti klo sudah benar-benar melahirkan baru deh bisa bilang begitu hehehe… emang tahu gimana mama berjuang melahirkan, kan waktu itu lagi dilahirin, mungkin cerita dari keluarga atau mama sendiri ya. Trimakasih buat salamnya 🙂
kalo belum melahirkan sendiri sulit untuk bilang sudah merasakannya 🙂 nanti klo sudah benar-benar melahirkan baru deh bisa bilang begitu hehehe… emang tahu gimana mama berjuang melahirkan, kan waktu itu lagi dilahirin, mungkin cerita dari keluarga atau mama sendiri ya. Trimakasih buat salamnya 🙂
Duh, terbayang dosa2 yang udah saya perbuat ke ibunda, Mak. Thanks for sharing this nice article.
Sama-sama mak, semoga kita senantiasa bisa berbakti kepada keduaorangtua kita terutama ibunda tercinta 🙂 aamiin ya Allah
Duh, terbayang dosa2 yang udah saya perbuat ke ibunda, Mak. Thanks for sharing this nice article.
Sama-sama mak, semoga kita senantiasa bisa berbakti kepada keduaorangtua kita terutama ibunda tercinta 🙂 aamiin ya Allah
jadi terharu gini ya… jadi ingat waktu ibu saya menemani saya melahirkan anak saya
hehe…iya mak sangat wajar jika terharu, kita hanya manusia biasa, seorang anak yg ada dan terlahir hanya dari rahim (kasih sayang) sang ibu 🙂
jadi terharu gini ya… jadi ingat waktu ibu saya menemani saya melahirkan anak saya
hehe…iya mak sangat wajar jika terharu, kita hanya manusia biasa, seorang anak yg ada dan terlahir hanya dari rahim (kasih sayang) sang ibu 🙂
yang penting kan halal..meskipun hanya kumpulin sayur…..kasih ibu memang tak terbatas…hanya kita yang sering membatasi diri dengan rasa malu…..selamat berlomba..semoga menjadi yang terbaik…keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
benar sekali mas, terimakasih 🙂
yang penting kan halal..meskipun hanya kumpulin sayur…..kasih ibu memang tak terbatas…hanya kita yang sering membatasi diri dengan rasa malu…..selamat berlomba..semoga menjadi yang terbaik…keep happy blogging always…salam dari Makassar 🙂
benar sekali mas, terimakasih 🙂
Kisahmu ini sungguh membuat tenggorokan tercekat, Mak. Terharu sekali. Memang luar biasa ya ibu kita. Semoga kita bisa menjadi ibu sebaik ibu kita dulu.
aamiin, begitulah perjuangan seorang ibu mak, semoga kita kelak sama-sama bisa menjadi ibu yang lebih baik dalam mencintai dan membesarkan anak-anak kita aamiin ya Allah 🙂
Kisahmu ini sungguh membuat tenggorokan tercekat, Mak. Terharu sekali. Memang luar biasa ya ibu kita. Semoga kita bisa menjadi ibu sebaik ibu kita dulu.
aamiin, begitulah perjuangan seorang ibu mak, semoga kita kelak sama-sama bisa menjadi ibu yang lebih baik dalam mencintai dan membesarkan anak-anak kita aamiin ya Allah 🙂